....SELAMAT DATANG.... MUQODDAM, IKHWAN, AKHWAT DAN MUHIBBIN THORIQOH ATTIJANIYAH SEMOGA BERMANFAAT AMIN.. attijani sampang: MAKAM SYAIKH AHMAD ATTIJANI FAS MAROKO

Jumat, 18 Maret 2016

MAKAM SYAIKH AHMAD ATTIJANI FAS MAROKO

Syaikh Ahmad Tijani lahir di kota Ain Madi Al-Jazair pada 1150 H/1737 M dan meninggal di kota Fes Maroko pada 1230 H/1815 M), adalah pendiri  Tarikat Tijaniyah di dunia. Setiap tanggal 18 Shafar diperingati oleh pengikutnya dengan apa yang disebut dengan Idul Khatmi. Maksudnya pada tanggal itulah, Syaikh Ahmad Tijani dianugerahi pangkat sebagai Al-Khathmu (Penutup) Auliya’ (Para Wali) dengan sebutan Qutbul Makhtum wal Sayyidul Auliya’ (Pemimpim Para Wali yang dirahasiakan dan sekaligus Pemuka Para Wali).
      Menurut kitab-kitab Tarekat Tijaniyah, Syaikh Ahmad Tijani bertemu berkali-kali dengan Rasulullah dalam keadaan jaga (yaqazhatan) bukan dalam keadaan mimpi. Dalam pertemuan itu, dia mendapatkan bimbingan dari Rasulullah termasuk bacaan wirid wajib yang harus dibaca pengikut Tijani, yaitu shalawat  fatih dan hailallah (membaca la ila haillallah).


Makam Syaikh Ahmad Tijani

       Pada tanggal 18 Shafar 1214 H, Syaikh Ahmad Tijani (dari daerah Tijanah, Al-Jazair), menurut pengakuannya mendapat karunia dari Allah, memperoleh maqam tertinggi kewalian umat Nabi Muhammad, yakni maqam Al-Khatm wal-Khatm atau Al-Quthb al-Maktum dan Khatm Al-Muhammadiyy al-Ma’lum. Karena hari itu dianggap istimewa bagi pengikut Tarekat Tijaniyah, maka diperingati dalam suatu acara. Di Indonesia, tahun 2014, Idul Khatmi Tarekat Tijani diperingati pada tanggal 12-14 Desember di PP Darussalam Jatibarang Brebes Jawa Tengah.
      Tidak seperti kalangan habaib yang memperingati hari kematian sang tokoh, yaitu yang disebut haul, pengikut Tijani lebih menganggap istimewa hari dianugerahinya Syaikh Ahmad Tijani sebagai Pemimpin Para Wali yang Dirahasiakan (Quthbul Makhtum).  Meski begitu ada juga yang memperingati haul Syaikh Ahmad Tijani sebagaimana dilakukan Habib Jakfar Baharun di Probolinggo Jawa Timur, pada setiap awal bulan Rabi’ul Awal, sekaligus digabung dengan peringatan Maulid Nabi  Muhammad SAW. Nama acara tersebut Haul Akbar Syaikh Ahmad Tijani.

Penulis di depan pagar makam Syaikh Ahmad Tijani

      Peringatan Idul Khatmi paling semarak jelas yang diselenggarakan di kompleks makam Syaikh Ahmad  Tijani di Madinatul Khadim (kota lama) di Kota Fes, Maroko. Tepatnya dekat pasar dan 300 meter ke arah selatan Universitas Qarawiyyin, universitas Islam pertama di dunia Islam sekaligus dunia pada umumnya. Fes pernah menjadi ibu kota Maroko, sehingga kota ini cukup tua dan juga banyak penduduknya. Di Maroko, Fes dikenal sebagai “Darul ilm” (kota ilmu) atau kalau di Indonesia lebih pas disebut kota santri, sebab banyak pelajar belajar di universitas Islam atau pesantren serta zawiyah di kota ini. Dibedakan dengan kota Rabat, sebagai ibu kota dan kota pemerintahan. Kemudian Casablanca kota ekonomi dan perdagangan. Kota Marrakesh, sebagai kota pariwisata. Yang terakhir, kota Aghadir sebagai kota pertanian.
      Kali ini saya kisahkan perjalanan ziarah saya ke makam Syaikh Ahmad TIijani di kota lama Fes Maroko. Saya ke sana karena mengikuti rombongan ziarah yang diselenggarakan oleh Abuya Syaikh Ahmad Anshari dari Banjarmasin Kalimantan Selatan. Abuya Anshari adalah salah satu muqaddam (pemuka) Tarekat Tijaniyah di Indonesia. Dia menyebar tarekat ini selain di Pulau Kalimantan, juga sampai ke Bangka-Belitung, Batam, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.  Dengan bendera PT Bhuana Etam Lestari, biro perjalanan ini membawa 30 jamaah Tijani dari berbagai tempat di Kalsel, dan hanya saya saja yang dari Semarang.

Abuya Ahmad Anshari bersama Sidi Abdul Qadir

      Kebetulan ziarah ke Makam Syaikh Ahmad Tijani ini diakhiri dengan ibadah umrah, jadi waktunya sekitar 23 hari, yaitu 9 hari di Maroko, dan 5 hari di Madinah dan 9 hari di Makkah. Semua perjalanan itu sangat memuaskan, sebab kami diinapkan di berbagai hotel berbintang 5, keliling berbagai kota di Maroko. Begitu juga ketika di Arab Saudi, kami menempati hotel berbintang 5 di Madinah, dan hotel berbintang 3 di Makkah.
      Perjalanan ke Maroko ditempuh dengan pesawat Ittihad melalui Jakarta-Abu Dhabi selama 8 jam, setelah transit beberapa jam di bandara Abu Dhabi, kemudian melanjutkan perjalanan ke Maroko selama 9 jam. Kami berangkat jam 1 malam dan turun di bandara Casablanca pada pukul 9 pagi. Di Bandara Casablanca kami dijemput Sidi Muhammad Al-Habib Al-Jakani.  Sidi Muhammad Al-Jakani adalah asisten pribadi Sidi Muhammad Al-Kabir, Khalifah Tijaniyah di Maroko. Sidi Muhammad Al-Kabir adalah keturunan ke-5 Syaikh Ahmad Tijani. Pada tahun 2010 bersama Sidi Muhammad Al-Habib Al-Jakani, Sidi Muhammad Al-Kabir pernah ke Pulau Bangka Indonesia untuk memimpin pertemuan para muqaddam Tijaniyah.
      Dari kota Casablanca, sudah ada dua mini bus menjemput rombongan kami, dan kemudian kami meluncur ke berbagai kota di Maroko, seperti kota Marrakesh, kota Rabat, kota Ifran yang bersalju, dan terakhir di kota Fes. Bulan Februari di Maroko adalah akhir musim dingin, tetapi suhu masih terasa dingin, kata teman-teman pada malam hari bisa mencapai 4 derajat Celsius. Kami menginap di hotel dekat balaikota Fes, dan harus harus tidur dengan pakaian berlapis, dan masih ditambah kaus kaki, sarung tangan, dan penutup kepala yang bisa menutupi kedua telinga. Itupun masih diselimuti selimut tebal yang cukup berat menutup badan.
      Perjalanan naik bus mini ke makam Syaikh Ahmad Tijani pada pukul 03.00 pagi, jadi memang cukup dingin. Kami memakai pakaian lengkap berlapis dua, plus kaus kaki dan sarung tangan, masih ditambah syal melilit leher dan kepala. Perjalanan dari hotel ke kota lama Fes selama 30 menit. Jalanan masih sepi, begitu pula di kota lama Fes. Kami melewati tembok-tembok benteng kota dengan ratusan pintu gerbang yang dibangun ratusan tahun yang lalu. Seakan-akan kita masih tinggal di dunia Arab abad pertengahan. Memang Negara Maroko dan Yaman di dunia Arab yang dikenal banyak bangunannya yang masih asli, sehingga seperti berada di kota kuno.

Lorong ke Makam Syaikh Ahmad Tijani

      Untuk menuju ke makam, kami harus melewati lorong berkelok-kelok sepanjang 500 meter di mana di kiri kanan berdiri dinding-dinding tinggi rumah kuno Maroko. Saya seperti melihat lukisan kuno Maroko, yaitu tikungan lorong yang di situ ada bangunan pintu gerbang besar dengan atapnya. Pria yang memakai jalabah, jubah yang menutupi kepala hingga kaki. Bentuknya seperti jubah yang dipakai para pendeta Yahudi, pada tutup kepalanya berbentuk lancip. Perempuan dengan cadarnya, dan kadang keledai membawa sayur mayur untuk disetor ke pasar. (Bersambung: “Banyak Jamaah Menangis ketika Membaca Manakib Syaikh Ahmad Tijani”).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar