....SELAMAT DATANG.... MUQODDAM, IKHWAN, AKHWAT DAN MUHIBBIN THORIQOH ATTIJANIYAH SEMOGA BERMANFAAT AMIN.. attijani sampang: IDUL KHOTMI KE 224

Sabtu, 12 Maret 2016

IDUL KHOTMI KE 224


Untuk tahun 2016 Idul Khotmi Thariqah At-Tijani Ke - 224  di tempatkan di Jawa Timur yang betempatan di PONDOK PESANTREN AL-ASY'ARI Dsn. MALAKAH Ds. KOMIS Kec. KEDUNGDUNG Kab. SAMPANG MADURA. InsyaAllah akan di hadiri oleh 50 ulama' thoriqah attijani perwakilan dari 50 negara.Karena pada waktu tersebut bertepatan konferensi ulama' thoriqah attijani di kalimantan.untuk menyambut dan mensukseskan acara tersebut kami mengajak ikhwan / akhwat/ Muhibbin thoriqah attijani khususnya di kab. sampang berpartisipasi dalam rangka IDUL KHOTMI KE 224.
 
    Tradisi tahunan yang biasa diadakan sebagai perayaan murid tijaniyah adalah “ ‘Ied al-Khatm Li Sayyidi al-Quthb al-Maktum wa al-Khatm al-Muhammadiy al-Ma’lum”, tradisi ritual yang dilaksanakan dalam rangka hari pengangkatan Syekh Ahmad al-Tijani sebagai wali Khatm dan atau al-Quthb al-Maktum. Idul Khotmi diadakan setiap tanggal 18 Shafar; Idul Khotmi merupakan puncak ijtima’ kaum thariqat tijaniyah seluruh Indonesia. Idul Khotmi menjadi bersifat nasional, dilaksanakan berdasar restu sesepuh muqaddam tingkat nasional. Idul Khotmi diadakan secara bergiliran ditempat-tempat yang ada di Indonesia.
    Tradisi ini dirintis oleh KH. Umar Baidhawi. Untuk pertama kalinya secara berturut-turut diadakan di Desa Betoyo Kec. Mayar Kab. Gresik Jawa Timur, yakni pada tahun 1979 M., tahun 1980 M., tahun 1981 M. Untuk selanjutnya tradisi ini dilaksanakan secara bergiliran di kota-kota di Jawa Timur, Jawa Tengah Jawa Barat bahkan di Kalimantan Selatan dan Pulau Bali.
Pada tahap awal penyelenggaraan Idul Khotmim, terkonsentrasi di basis kantong Thariqat Tijaniyah seperti Surabaya, Probolinggo, Madura, untuk wilayah Jawa timur; Brebes untuk wilayah Jawa tengah; Cirebon, Garut dan Bogor untuk wilayah Jawa Barat. Namun pada penyelenggaraan Idul Khotmi menembus wilayah kota kabupaten yang minoritas tijaniyah seperti di Rembang bahkan di Pulau Bali. Selain itu, puncak acara Idul Khotmi yang diisi dengan tablig akbar diselenggarakan di pusat kota kabupaten dengan menggunakan fasilitas Masjid Agung dan halaman alun-alun kabupaten; seperti penyelenggaraan Idul KhotmiI di Garut, Rembang dan Jember. Hal ini merupakan langkah maju dari para muqaddam dalam melakukan pengembangan dakwah Thariqat Tijaniyah.
Pada tahun 90-an diselenggarakan Idul Khotmi di Ibukota Republik Indonesia yang dipusatkan di Stadion Senayan ---kini Gelora Bung Karno---, pada waktu itu dihadiri oleh Wapres. Sudarmono.

Jadwal acara rutin Idul Khotmi biasanya diisi dengan musyawarah internal muqaddam dan halaqah ilmiyah tentang masalah-masalah Thariqat Tijaniyah. Bahkan ketika penyelenggaraan Idul Khotmi di Pesantren Buntet Cirebon, pada tahun 1996 sebagaimana telah dikatakan halaqah ilmiyah dikembangkan dengan melibatkan kelompok penentang Thariqat Tijaniyah dan peneliti Thariqat Tijaniyah. Dengan demikian halaqah mengembang pada pemecahan problematika eksternal thariqat tijaniyah. Dalam halaqah ini, disajikan tiga makalah : dari kalangan penentang diwakili oleh KH. Husein ---Ponpes Arjawinangun Cirebon---; dari kelompok peneliti di wakili peneliti Belanda Marti Van Bruinessen dan dari internal muqaddam thariqat tijaniyah diwakili oleh KH. Badri Masduqi ---Ponpes Badridduja-Probolinngo---.
Selain halaqah sebagaimana dimaksud biasanya diisi dengan wirid ikhtiyariah tijaniyah meliputi : Istighatsah al-Tijaniyah, pembacaan hizb al-Bahri, Khirz al-Yamani (hizb al-saefi), dan hizb al-Mugni; kemudian diakhiri dengan tablig akbar yang bisanya disampaikan oleh para muqaddam, baik muqaddam dari Indonesia maupun muqaddam dari luar Indonesia, khususnya dari Maroko. Pada acara ini peserta yang hadir terdiri dari jam’ah thariqat tijaniyah seluruh Indoensia, masyarakat umum dan tamu undangan baik dari kalangan ulama non tijaniyah maupun dari pejabat Pemerintah.
Hikmah dari penyelenggaraan Idul Khotmi secara terbuka, mengantarkan moment ini menjadi media dakwah Thariqat Tijaniyah.
Penyelenggaraan Idul Khotmi, biasanya diikuti oleh ikhwan Thariqat Tijaniyah dari seluruh Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena dalam amalan wirid thariqat tijaniyah, setiap guru/muqaddam tidak diperbolehkan melakukan perubahan amaliyah thariqatnya baik menambah ataupun mengurangi jenis bacaan dan atau bilangan (‘adad)-nya. Pola wirid thariqat tijaniyah semuanya harus mengacu kepada shahibutthariqah baik dalam jenis bacaan wirid maupun ‘adad-nya. Siapapun tidak diperbolehkan melakukan penambahan atau pengurangan terhadap pola yang diajarkan oleh shahibutthariqah. Dengan demikian karakter ajaran ini mengantarkan terus terpeliharanya kemurnian ajaran thariqat tijaniyah. Faktor ini juga mengantarkan kesamaan dalam amalan wirid thariqat tijaniyah diseluruh dunia. Karakter ini membawa hikmah terhadap moment Idul Khotmi menjadi milik jamaah thariqat tijaniyah yang ada di Indonesia. Beberapa kali Idul Khotmi dihadiri oleh muqaddam Thariqat Tijaniyah dari luar Indonesia,. Syekh Idris Al-Iroqi misalnya, beliau adalah Imam Muqaddam Zawiyah Thariqat Tijaniyah di Maroko; demikian juga dzurriyah Syekh Ahmad al-Tijani seperti Syekh Basyir menghadiri di Rembang dan Syekh Jamal menghadiri pelaksanaan Idul Khotmidi Pati.
Berbeda dengan thariqat di luar thariqat tijaniyah penyelenggaraan pertemuan secara umum antar pengamal salah satu thariqat besar di Indonesia sangat sulit; Thariqat Qadiriyah misalnya; dalam thariqat ini seorang guru yang sudah sampai pada maqam mursyid diberi kewenangan untuk mengembangkan dan atau memodifikasi amaliyah thariqatnya yang berbeda dari thariqat induknya. Dengan kata lain seorang guru diberi otonomi yang sangat luas dalam mengembangkan ajaran thariqatnya; karakter ini menurut pengamal Thariqat Qadiriyah dikarenakan keluwesan thariqat tersebut. Trimingham mencatat ada sebanyak 29 thariqat di berbagai negeri Islam, yang dimasukannya kedalam thariqat Qadiriyah (qadiri group). Di India misalnya ada 7 buah thariqat, di Turki ada enam buah thariqat, di Yaman ada 6 bauh thariqat, di Afrika Utara ada 5 buah thariqat yang secara keseluruhan merupakan kelompok Qadiriyah. Diantaranya thariqat Ghawtsiyah didirikan oleh Muhammad Ghawts, thariqat Junaidiyah didirikan oleh Bahrudin al-Junayidi (w. 921 H) Thariqat Kamaliyah didirikan oleh Kamaludin al-Kitali (w. 971 H.).
Selain itu thariqat Qadiriyah bisa menggabungkan diri dengan thariqat-thariqat lain seperti thariqat Naqsabandiyah misalnya, yang disebut thariqat Qadiriyah Naqsabandiyah. Hal ini membuka peluang setiap guru untuk berbeda dengan guru yang lainnya karena kemandirian atau otonomi sebagai mana disebutkan menjadi ciri khas thariqat Qadiriyah.
Acara silaturrahmi dalam skala besar dalam thariqat Qadiriyah biasanya terpusat pada figur guru, misalnya pertemuan manaqiban yang diselenggarakan oleh thariqat Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya di Tasikmalaya, hanya diikuti oleh ikhwan yang mengambil sanad thariqat Qadiriyah Naqsabandiyah melalui Abah Anom.

2 komentar: